Jumat, 19 Agustus 2011

KHUTBAH IDUL FITRI 1432 H


MEWUJUDKAN HAKIKAT TAQWA
Oleh: Ahmad Solihin )*[1]

الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Ma’asyirol  Muslimin wal Muslimat Sidang ‘Idul Fitri Rahimakumullah.

Segala puji hanya milik Alloh yang maha pemurah lagi maha penyayang. Tidak ada kebahagiaan kecuali dengan taat kepada-Nya. Tidak ada kemuliaan kecuali dengan tunduk pada keagungan-Nya. Tidak ada kecukupan kecuali dengan rahmat-Nya. Tidak ada aman dan tenteram kecuali dengan naungan syariat-Nya.
Sholawat dan salam semoga tetap tercurah untuk nabi teragung dan termulia, Muhammad SAW, yang diutus sebagai rahmat bagi semesta, imam bagi yang bertaqwa, dan hujjah bagi seluruh umat manusia. Dengannya Alloh membuka mata yang buta, telinga yang tuli dan hati yang terlena. Tidak ada jalan keselamatan kecuali dengan mengikuti syariatnya. Dan semoga juga tercurah untuk keluarga nabi, para sahabat dan pengikutnya yang setia dengan sunnah-sunnahnya hingga akhir masa.
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Ma’asyirol  Muslimin Sidang ‘Idul Fitri Rahimakumullah.

Kenikmatan demi kenikmatan telah kita rasakan, hingga Alloh menghantarkan kita pada hari ini, Hari Raya ‘Idul Fitri 1 Syawal 1432 H. Sungguh ramadhan yang baru saja berlalu memberikan kebahagiaan tersendiri bagi kita, hal ini karena ibadah Ramadhan yang salah satunya adalah berpuasa memberikan nilai pembinaan yang sangat dalam, yakni mengokohkan dan memantapkan ketaqwaan kita kepada Allah swt, sesuatu yang amat kita butuhkan dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat.
Ibadah puasa yang kita laksanakan pada hakikatnya merupakan sarana bagi kita untuk dapat mencelup dan memperbaiki diri, sehingga di akhir Ramadhan kita menjadi pribadi-pribadi yang unggul dan lebih baik. Pribadi yang unggul dan lebih baik yang dimaksud tiada lain adalah kita menjadi pribadi-pribadi yang bertakwa, memiliki moralitas / akhlak yang baik, dan menjadi pribadi-pribadi yang kembali kepada fitrahnya.
Seorang Muslim yang berhasil dalam berpuasa akan memiliki ketakwaan yang sebenar-benarnya, yang tidak hanya berdampak pada kehidupannya secara pribadi, tetapi juga memberikan dampak terhadap lingkungan sekitarnya, yakni ia memiliki kesalehan sosial. Maka, sikap orang-orang yang benar-benar beriman dan bertakwa akan mendengar dan taat dengan apa yang telah Allah tetapkan. Mereka yakin bahwa apa yang telah Allah tetapkan adalah yang terbaik bagi manusia.


Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Agar pencapaian peningkatan taqwa bisa kita raih dan dapat kita buktikan dalam kehidupan sehari-hari, menjadi penting bagi kita memahami hakikat taqwa yang sesungguhnya. Dalam bukunya Ahlur Rahmah, Syekh Thaha Abdullah al Afifi mengutip ungkapan sahabat Nabi Muhammad saw yakni Ali bin Abi Thalib ra tentang taqwa, yaitu:

الْخَوْفُ مِنَ الْجَلِيْلِ وَالْعَمَلُ بِالتَّنْزِيْلِ وَاْلإِسْتِعْدَادُ لِيَوْمِ الرَّحِيْلِ وَالرِّضَا بِالْقَلِيْلِ
Takut kepada Allah yang Maha Mulia, mengamalkan apa yang termuat dalam at tanzil (Al-Qur’an), mempersiapkan diri untuk hari meninggalkan dunia dan ridha (puas) dengan hidup seadanya (sedikit)

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Ma’asyirol  Muslimin wal Muslimat Sidang ‘Idul Fitri Rahimakumullah.

Dari ungkapan di atas, ada empat hakikat taqwa yang harus ada pada diri kita masing-masing dan ini bisa menjadi tolok ukur keberhasilan ibadah Ramadhan kita.

Pertama, Takut Kepada Allah. Salah satu sikap yang harus kita miliki adalah rasa takut kepada Allah swt. Takut kepada Allah bukanlah seperti kita takut kepada binatang buas yang menyebabkan kita harus menjauhinya, tapi takut kepada Allah swt adalah takut kepada murka, siksa dan azab-Nya sehingga hal-hal yang bisa mendatangkan murka, siksa dan azab Allah swt harus kita jauhi. Sedangkan Allah swt sendiri harus kita dekati, inilah yang disebut dengan taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah).
Karena itu, orang yang takut kepada Allah swt tidak akan melakukan penyimpangan dari segala ketentuan-Nya. Namun sebagai manusia biasa mungkin saja seseorang melakukan kesalahan, karenanya bila kesalahan dilakukan, dia segera bertaubat kepada Allah swt dan meminta maaf kepada orang yang dia bersalah kepadanya, bahkan bila ada hak orang lain yang diambilnya, maka dia mau mengembalikannya. Yang lebih hebat lagi, bila kesalahan yang dilakukan ada jenis hukumannya, maka iapun bersedia dihukum bahkan meminta dihukum sehingga ia tidak menghindar dari hukuman. Allah swt berfirman:

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (QS Ali Imran:133).

Ibadah puasa dan ibadah-ibadah lainnya mendidik kita untuk menjadi orang yang takut kepada Allah swt yang membuat kita akan selalu menyesuaikan diri dengan segala ketentuan-ketentuan-Nya. Kalau kita ukur dari sisi ini, kenyataan menunjukkan bahwa banyak sekali orang yang belum bertaqwa karena tidak ada rasa takutnya kepada Allah swt.

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Ma’asyirol  Muslimin wal Muslimat Sidang ‘Idul Fitri Rahimakumullah.

Hakikat taqwa yang Kedua kata Ali bin Abi Thalib adalah Beramal Berdasarkan Wahyu. Al-Qur’an diturunkan oleh Allah swt untuk menjadi petunjuk bagi manusia agar bisa bertaqwa kepada-Nya. Karena itu, orang yang bertaqwa akan selalu beramal atau melakukan sesuatu berdasarkan wahyu yang diturunkan oleh Allah swt, termasuk wahyu adalah hadits atau sunnah Rasulullah saw karena ucapan dan prilaku Nabi memang didasari oleh wahyu. Dengan kata lain, seseorang disebut bertaqwa bila melaksanakan perintah Allah swt dan menjauhi larangan-Nya.
Dalam konteks inilah, menjadi amat penting bagi kita untuk selalu mengkaji al-Quran dan al Hadits, sebab bagaimana mungkin kita akan beramal sesuai dengannya, bila memahaminya saja tidak dan bagaimana pula kita bisa memahami bila membaca dan mengkajinya pun tidak.
Suatu ketika ada beberapa orang sahabat yang dahulunya beragama Yahudi, mereka ingin sekali bisa melaksanakan lagi ibadah pada hari Sabtu dan menjalankan kitab taurat, tapi turun firman Allah swt yang membuat mereka tidak jadi melakukannya, ayat itu adalah:

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu
(QS Al Baqarah :208).

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Ma’asyirol  Muslimin wal Muslimat Sidang ‘Idul Fitri Rahimakumullah.

Hakikat taqwa yang Ketiga menurut Ali bin Abi Thalib ra  yang harus kita hasilkan dari ibadah Ramadhan kita adalah Mempersiapkan Diri Untuk Akhirat. Mati merupakan sesuatu yang pasti terjadi pada setiap orang. Keyakinan kita menunjukkan bahwa mati bukanlah akhir dari segalanya, tapi mati justeru awal dari kehidupan baru, yakni kehidupan akhirat yang enak dan tidaknya sangat tergantung pada keimanan dan amal shaleh seseorang dalam kehidupan di dunia ini. Karena itu, orang yang bertaqwa akan selalu mempersiapkan dirinya dalam kehidupan di dunia ini untuk kebahagiaan kehidupan di akhirat.
Harus kita akui banyak diantara kita yang merasa ajal itu masih lama menghampiri sehingga tidak muncul amal shaleh, baik sebagai pribadi, keluarga, masyarakat maupun organisasi sosial dan politik, keluhan kita adalah tidak punya waktu dan kekurangan waktu. karena itu Allah swt mengingatkan kita semua:

Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya"
 (QS Al Kahfi:110).
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah swt.

Hakikat taqwa yang Keempat menurut Ali bin Abi Thalib adalah Ridha Meskipun Sedikit. Setiap kita pasti ingin mendapat sesuatu khususnya harta dalam jumlah yang banyak sehingga bisa mencukupi diri dan keluarga serta bisa berbagi kepada orang lain. Namun keinginan tidak selalu sejalan dengan kenyataan, ada saat dimana kita mendapatkan banyak, tapi pada saat lain kita mendapatkan sedikit, bahkan sangat sedikit dan tidak cukup. Orang yang bertaqwa selalu ridha dan menerima apa yang diperolehnya meskipun jumlahnya sedikit, inilah yang disebut dengan qana’ah, sedangkan kekurangan dari apa yang diharapkan bisa dicari lagi dengan penuh kesungguhan dan cara yang halal. Korupsi yang menjadi penyakit bangsa kita hingga sekarang adalah karena tidak ada sikap ridha menerima yang menjadi haknya, akibatnya ia masih saja mengambil hak orang lain. Allah swt mengingatkan kita semua dalam firman-Nya:
Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui.(QS Al Baqarah :188).

Sikap menerima membuat kita bisa bersyukur, Dan bersyukur membuat kita akan memperoleh rizki dalam jumlah yang lebih banyak, bahkan bila jumlahnya belum juga lebih banyak, rasa syukur membuat kita bisa merasakan sesuatu yang sedikit terasa seperti banyak sehingga yang merasakan manfaatnya tidak hanya kita dan keluarga tapi juga orang lain.
Demikanlah hakikat ketaqwaan yang harus tercermin dalam pribadi kita sebagai hamba-hamba yang berhasil mengarungi romadhan nan suci.


Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Ma’asyirol  Muslimin wal Muslimat Sidang ‘Idul Fitri Rahimakumullah.

Puasa juga bertujuan untuk melatih kepekaan sosial sesama kita. Untuk itu mari kita renungkan sejenak. Kita saksikan sebagian besar anak-anak kita bersuka ria, melonjak kesana kemari karena riang dan sukanya. Dengan bangga dan riang dipakainya baju baru pemberian ibu, dipamerkannya sepatu merah hadiah ayah. Begitu agaknya suasana sebagian besar  keluarga kita menyambut tibanya hari raya. Dengan suguhan jamuan yang enak dan mahal.
Akan tetapi disisi lain saudara kita, atau mungkin tetangga dekat kita para janda yang telah ditinggal suaminya, para fuqoro dan masakin, merintih karena usahanya bangkrut karena tidak memiliki modal, atau karena pertaniannya gagal panen, bagi mereka ’Idul Fitri saat ini mereka rayakan tidak dengan pakaian baru, tidak dengan menghidangkan makanan yang lezat, tiada pula dengan hati yang gembira, mereka sambut hari raya dengan perasaan pilu, dan hati duka karena serba tak ada.
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu
Saudaraku, mari kita renungkan juga nasib anak-anak yatim piatu itu, kita tanyakan pada nurani masing-masing. Tidak berdosakah kita bilamana kita terus menutup mata menyaksikan anak-anak itu terapung-apung dalam gelombang kesedihan, tenggelam dalam lautan air mata, Dengan perasaan yang pedih, dengan hati yang teriris mereka saksikan orang lain berhari raya, pada siapakah mereka akan mengadukan nasib? Ayah bunda telah tiada, sedang paman telah berpulang. Tak ada orang yang mendukung tak ada tangan yang menjinjing. Sudah berhasilkah puasa kita, yang salah satu tujuannya melatih kepekaan sosial? Sadarkah kita bahwa harta yang kita miliki ada sebagian hak para dhuafa dan masakin. Alloh berfirman dalam QS. Ad-Dzariat: 19 

Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta karena memang tak punya, dan dari yang bertangan hampa sekalipun pantang meminta”.

Terpikirkah oleh kita, bila saja wajah tampan atau cantik kita akan pudar hanya karena percikan minyak panas saat kita lengah memasak. Atau rumah mewah yang kita miliki akan musnah sekejab apabila terkena gempa atau terbakar hanya karena konsleting listrik, atau kendaraan yang kita banggakan hancur karena kecelakaan? Mari kita jawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan jujur dalam nurani kita masing-masing, dan yakinlah semua itu hanyalah amanah dan hanya amalan sholih yang akan abadi menemani kehidupan kita diakhirat kelak.
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Ma’asyirol  Muslimin wal Muslimat Sidang ‘Idul Fitri Rahimakumullah.

Oleh karenanya selesai Romadhan ini mari kita membuka lembaran baru dibulan syawal ini dengan menjadi hamba yang senantiatasa bersungguh-sungguh mendekatkan diri dalam ketaqwaan kepada Alloh, azamkan dalam hati hidup hanyalah untuk mempersembahkan yang terbaik. Bermakna bagi dunia berarti bagi akhirat. Bermanfaat bagi diri, penuh maslahat bagi ummat.

1 Syawal ini menjadi momentum untuk menjadi lebih baik, ini semua dapat kita awali dengan perhormatan kita kepada kedua orang tua kita. Betapapun ada satu, dua perlakukan orang tua kita yang kurang berkenan di hati, tapi ingatlah bahwa darah dagingnya mengalir dan melekat di diri kita. Makanan yang sehari-hari kita makan pun adalah buah dari tetesan keringatnya. Alangkah lebih baik apabila kita bersabar dan teruslah panjatkan doa. Karena itu, jangan tunda waktu untuk membahagiakan mereka. Mohonkanlah maafnya atas segala kesalahan dan kelalaian nya selama ini. Karena siapa tahu Allah akan segera menakdirkan perpisahan antara kita dengan mereka untuk selama-lamanya.
Kalau keduanya sudah berada di dalam kubur, bagaimana kita bisa mencium tangannya. Kita tidak bisa mempersembahkan bakti apapun kalau mereka sudah terbujur kaku. Jangan enggan untuk menjaga, membela, membahagiakan, memuliakan, menghormati, dan berbuat yang terbaik terhadap keduanya. Jangan lupa untuk selalu mendoakan keduanya agar mendapatkan khusnul khatimah
Akhirnya marilah kita jangan sampai melupakan silaturahim dalam kesempatan idul fitri ini, marilah kita sama-sama membersihkan hati kita sesama muslim. Hilangkan rasa benci, rasa dengki, gantilah semua itu dengan mahabbah dan  marhamah serta kasih sayang, dengan hati terbuka, muka yang jernih dan tangan yang diulurkan, kita saling bermaafan. Kita buka lembaran baru yang putih bersih, kita tutup halaman lama yang mungkin banyak kotoran dan noda. Biarlah yang tua memberi maaf kepada yang muda, ayah memberi maaf kepada anak, suami memberi maaf kepada isteri, mertua memberi maaf kepada menantu, demikian pula sebaliknya dengan ucapan:

“Ja’alanallohu Minal ‘Aidinal Faiziin Taqobalallohu Minna Wa Minkum Taqobal Ya Kariim”

Selamat manikmati Idul Fitri yang penuh dengan kegigihan untuk akrab dengan Alloh SWT dan kesungguhan untuk menjalani sunnah Rosululloh SAW.
Demikianlah khutbah singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat khususnya untuk diri khotib pribadi dan umumnya bagi kita semua yang hadir disini, semoga kita senantiasa mendapat pertolongan Alloh untuk dapat melaksanakannya sehingga dapat tetap istiqomah dalam kataatan dan kataqwaan. Amiin ya Robbal ‘alamiin


Akhirnya marilah kita sempurnakan ibadah shalat Id kita dengan berdoa:

اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ

اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.

رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.


[1] )* Penulis adalah Staf  Seksi URAIS Kemenag Lampung Selatan
Sumber Tulisan:
  1. Ansori, M, Drs., Khutbah Idul Fitri 1427 H
  2. Gyimnastiar, A, Manajemen Qolbu.
  3. Yani, Ahmad, Drs., Hakikat Taqwa, Khutbah Idul Fitri: 1431 H

0 komentar:

Posting Komentar