Selasa, 21 Juni 2011

Manajemen Komunikasi

Allah SWT berfirman :
(Rabb) Yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan al-Qur’an. Dia menciptakan manusia, mengajarinya berkomunikasi (Q.S. Ar-Rahman : 1-4).

1. Pentingnya komunikasi

Komunikasi merupakan msalah vital dalam pergaulan. Komunikasi menghubungkan antar individu maupun lintas kelompok. Seni dan kemampuan berkomunikasi sangat penting, bahkan merupakan salah satu refleksi keshalihan seseorang. Allah mengajarkan kepada kita cara berkomunikasi yang baik dalam menyampaikan ataupun menangkap pesan, dan memberikan terapi dalam mengatasi berbagai kendala komunikasi (Q.S. An-Nahl : 82 dan 125).


Kekuatan komunikasi bukan hanya ditentukan oleh faktor kedekatan dan frekuensi pertemuan, tetapi justru sangat dipengaruhi oleh ketepatan komunikasi. Kesibukan sepadat apapun dan problematika seruwet apapun tidak boleh menjadi alasan bagi komunikasi keluarga, pola hubungan sosial dan kondisi silaturahmi yang payah.

Perbedaan usia, status, senioritas, budaya keluarga dan suku, tidak dapat dijadikan pembenaran untuk komunikasi yang buruk. Untuk itu diperlukan pemahaman, latihan dan manajemen dalam hal prinsip dan norma komunikasi. Nabi SAW berpesan kepada juru dakwahnya : “Berkomunikasilah dengan orang lain manurut apa yang mereka pahami, apakah kalian ingin justru Allah dan Rasul-Nya didustakan”.

Al-Qur’an mengajarkan kepada kita seni berkomunikasi dengan berbagai gaya yang fleksibel, sekaligus berprinsip terutama dalam menyampaikan kebenaran yaitu :

a. Qaulan Balighan ( komunikasi efektif yang jelas )
b. Qaulan Tsaqilan ( komunikasi yang berbobot )
c. Qaulan Sadidan ( komunikasi yang tepat dan benar )
d. Qaulan Layyinan ( komunikasi yang empatik )
e. Qaulan Ma’rufan ( komunikasi yang simpatik )

2. Jadilah diri sendiri

Komunikasi yang sehat membutuhkan budaya keterbukaan dan keterusterangan dengan menyampaikan, menilai ataupun bersikap apa adanya. Ada orang yang dibesarkan dalam lingkungan dan kebiasaan berpura-pura dan tidak jujur sejak kecil, hinga dalam komunikasi sering berlindung dibalik topeng. Banyak manusia menjalani kehidupan penuh kepalsuan dan ketakutan bila orang lain mengetahui diri ataupun sikap mereka yang sebenarnya. Kita seharusnya tidak diperbodoh oleh apa yang dikatakan orang lain, tetapi kita perlu menyimak dengan seksama apa yang tidak mereka katakan.

Adalah lebih baik kita disisihkan karena diri kita yang sebenarnya daripada kita diterima bukan karena diri kita yang sebenarnya. Kita sebenarnya tidak mengenal orang-orang yang dekat dengan kita, bahkan diri sendiri karena tertutup dengan berbagai topeng. Akibatnya kita membuat orang-orang disekeliling kita tidak memahami kita. Hal ini sering membuat proses komunikasi yang wajar menjadi sulit. Berkomunikasi berarti membiarkan orang lain mengenal, mengerti, serta menilai kita apa adanya. Kita tidak boleh hanyut dan tertipu dengan penilaian baik atau buruk yang dapat mempengaruhi kewajaran komunikasi kita dengan orang lain. Abu Bakar ra setiap setiap dipuji orang selalu mengendalikan diri dengan do’a : “Ya Allah, janganlah Engkau hukum aku lantaran penilaian mereka, dan jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka nilai”.

3. Menilai orang lain dengan tepat dan bijak

Dalam manajemen komunikasi kita harus pandai menangkap isyarat, perilaku dan bahasa orang lain secara benar dan positif. Salah satu kendala utama untuk berhubungan dengan orang lain adalah prasangka dan interpretasi yang sering membuat kita salah tingkah dan bersikap reaktif dalam komunikasi.



Kendala komunikasi banyak berasal dari diri kita sendiri yang terbiasa cepat menyimpulkan, dan menilai secara gegabah tanpa tabayyun (klarifikasi). Komunikasi yang lancar dan produktif akan tercipta bila dibangun atas dasar saling pengertian dan berbaik sangka (husduzan). Sikap yang baik ialah membatasi kecenderungan untuk mudah memberikan penafsiran tentang tingkah laku orang lain yang menjadi ganjalan dalam komunikasi.

4. Menerima dan menghargai orang lain

Manusia sering berlindung dibalik topeng pergaulan karena takut dikenali jati dirinya dan disisihkan. Untuk menghindari masalah ini, kita perlu terbiasa bersikap wajar dan menerima orang lain dengan perasaan kasih sayang dan empatik. Kita mesti bersikap jujur, tulus ikhlas dan sopan untuk menghindarkan ketersinggungan. Terimalah orang lain sebagai satu pilihan nurani dengan penuh perhatian, kelembutan dan dorongan. Kita harus peka terhadap keperluan mereka dan menunjukkan rasa simpati dan kasih sayang terhadap mereka. Kita seharusnya perlu lebih memahami orang lain, bukan selalu menuntut orang lain untuk memahami kita.

5. Bersikap benar dan berkata jujur

Manajemen komunikasi yang menarik simpati bukan berarti selalu mengikut arus tanpa punya prinsip mandiri. Kita tidak mesti selalu setuju dengan semua orang. Kita Cuma perlu jujur dan berterus terang secara tulus dan sopan. Persamaan melahirkan perpaduan, tetapi perbedaan yang harmonis menjadikan kita tumbuh berkembang, dinamis dan indah.

6. Bahasa dan informasi dalam komunikasi

Salah satu cara yang efektif untuk memperbaiki masalah komunikasi adalah dengan memeriksa informsi dan bahasa yang ingin kita sampaikan ataupun kita terima. Kita seharusnya membuat catatan dan menaruh perhatian mengenai berbagai unsur diri kita yang dapat membantu ataupun sebaliknya menghalangi kita dalam menyampaikan atau menerima pesan komunikasi dengan baik.



7. Beberapa panduan praktis

Manajemen komunikasi yang efektif dan simpatik memerlukan latihan disamping pemahaman. Beberapa panduan praktis berikut dapat menjadi bahan latihan untuk meningkatkan kemampuan dan memperbaiki pola komunikasi kita.
a. Mengupayakan komunikasi efektif melalui hati nurani disamping rasionalitas. Bukankah sesuatu yang keluar dari hati nurani akan mudah diterima dengan baik oleh hati nurani pula ?
b. Menghindari nafsu menguasai dan mengendalikan orang lain secara paksa, meskipun terhadap orang yang paling dekat atau bawahan sekalipun.
c. Mencoba bergaul luas, bukan bebas dengan setiap orang baik yang kita suka maupun tidak, dan berusaha tidak menjadikan kekurangan waktu sebagai alasan. Menurut Nabi, seorang Muslim yang bergaul dengan tetap bersabar dan berprinsip pada kebenaran lebih baik daripada mengisolasi diri.
d. Menggunakan waktu luang untuk menjalin komunikasi dengan orang lain. Nabi bersabda, “Barangsiapa yang ingin dipanjangkan umurnya, diabadikan citranya dan diluaskan rezekinya, hendaklah membina silaturrahmi”.
e. Berusaha mendahului orang lain untuk menegur, mengucap salam dan mengulurkan tangan sebagaimana Rasulullah anjurkan.
f. Sediakan waktu sejenak untuk komunikasi interaktif keluarga, baik ketika selesai shalat berjama’ah, rekreasi, makan bersama atau menjelang tidur untuk menciptakan tradisi keterbukaan.
g. Berusaha memahami sikap dan bahasa orang lain dan sudut pandang dan logika mereka, dan mengkomunikasikan sesuatu kepada orang lain sesuai daya dan alur logika mereka.
h. Berhati-hati memilih ungkapan dan kata-kata tanpa merusak suasana komunikasi.
i. Dalam menafsirkan perilaku orang lain, Rasulullah SAW mengajarkan kita supaya mencari tujuh puluh alasan perlakuan buruk orang lain,dan jika tidak ada alasanpun yang betul, mungkin ada tafsiran yang belum kita ketahui.

0 komentar:

Posting Komentar